Wednesday 30 September 2015

ISIS di Mata Jessica Stern dan J.M. Berger





Artikel ini merupakan resensi singkat dari sebuah buku yang berjudul ISIS, The State of Terror, yang ditulis oleh Jessica Stern dan J.M. Berger, dan diterbitkan di New York, Ecco, Tahun 2015. Salah satu inti dari buku ini adalah: State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan konsekuensi besar yang tidak diinginkan dalam sejarah. Fenomena ini diawali dari kekacauan yang mengikuti invasi Amerika Serikat ke Iraq dan penggulingan rezim Ba'athist (baca: Saddam Hussein) pada tahun 2003.

Penulis buku, yaitu Stern dan Berger adalah dua ahli terorisme ternama di Amerika Serikat. Melalui buku ini, mereka memaparkan model baru ekstremisme yang dilakukan ISIS dengan membangun wilayah kekuasaan di Iraq dan Syria serta jaringan internasionalnya yang saat ini berkembang pesat di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan bahkan seluruh dunia. Kekuatan ISIS dilandasi eksitensinya sebagai organisasi adaptif canggih dengan blue print yang jelas untuk masa depan. Isis digambarkannya sebagai kelompok yang menggunakan kekerasan ekstrem dan kebrutalan dalam aksinya. Namun itu dilakukan dengan sistem musyawarah dengan tujuan yang jelas.


Sejarah State of Iraq and Syria (ISIS)

Menurut Stern dan Berger, ISIS lahir dari seorang warga kota Zarqa di Jordania yang menyebut dirinya Abu Musab Al Zarqawi. Dahulu pria ini pernah terlibat dalam perang sipil di Afghanistan setelah Soviet keluar pasca perang Afghan. Zarqawi kemudian kembali ke Jordania, dan sempat dipenjara karena mencoba dan gagal melaksanakan serangkaian serangan teror. Setelah keluar penjara, pria ini kembali ke Afghanistan, dimana ia menerima perintah dari Osama bin Laden dari sebuah kamp pelatihan Al Qaeda.

Setelah terjadinya peristiwa teror 11 September 2001, Zarqawi beserta beberapa komandan Al Qaeda melarikan diri ke arah barat, yaitu menuju Iran. Setelah kematian Zarqawi, Negara Islam Iraq (ISI) pun terbentuk dengan dukungan dari para pemimpin Al Qaeda. Kemudian,  pada tahun 2010, seorang veteran dari fasilitas penahanan AS di kamp Bucca, yang bernama Abu Bakr Al Baghdadi, resmi menjadi pemimpin ISIS. Dari sinilah kekuatan militer serta ketrampilan teknis dan administratif mereka mulai terlihat sangat efektif dijalankan. 

Baghdadi kemudian mengirim wakil untuk membentuk sebuah cabang di Syria pada tahun 2011. Kelompok ini kemudian lebih dikenal dengan nama Jabhat Al Nushra, yang memposisikan sebagai entitas independen. Selanjutnya, Baghdadi mencoba membangun lagi kontrol langsung dengan Jabhat Al Nushra agar bergabung untuk membentuk apa yang sekarang dikenal dengan State of Iraq and Syria (ISIS) pada bulan April 2013.

Secara umum, buku ini mengirimkan pesan untuk mengingatkan siapa saja tentang konsekuensi yang tidak diinginkan dari sebuah perang atau invasi. Kesalahan asumsi Amerika Serikat tentang hubungan antara Saddam Hussein dan Al Qaeda telah menyebabkan perang Iraq. Yang terjadi selanjutnya adalah Iraq menjadi sarang para teroris. Begitu pula kamp-kamp tahanan Amerika Serikat yang diduga juga menjadi jaringan tersendiri bagi teroris, sekaligus pusat radikalisasi yang sangat efektif bagi rakyat Iraq, yang membenci tindakan invasi Amerika Serikat ke negeri mereka.

















No comments:

Post a Comment