Monday 28 September 2015

Claire Pinata, Bisnis yang Berawal dari Ultah sang Anak







Berawal dari kreasinya untuk membuat pinata bagi ulang tahun putrinya, Samantha Claire Tumewu, Vinawati Lemong keterusan mengembangkan bisnis pinata. Peristiwa tersebut terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. "Waktu itu baru tahu pinata. Masih coba-coba buat anak saya," ucap Vina. Ibu satu anak ini memang memiliki hobi crafting sejak kecil. Saat putrinya berulang tahun, ia menyiapkan sendiri pernak-pernik dan dekorasinya.

Pinata pertama hasil kreasi Vina berbentuk cup cake tiga dimensi. Ide dan cara pembuatannya dari hasil browsing di internet. Saat itu, Vina membutuhkan waktu hampir 2 minggu untuk membuatnya. Hasilnya di luar dugaan. Banyak yang memuji hasil karya Vina tersebut. Banyak orang tua teman Tata (panggilan Samantha) yang menanyakan dari mana pinata tersebut dipesan.

Singkat cerita, Vina mulai kebanjiran order, baik dari teman maupun saudara-saudaranya. Melihat pesananyang cukup banyak, wanita kelahiran Samarinda tersebut mulai serius menggarap bisnis pinata. Maka lahirlah sebuah brand yang diambil dari nama tengah anaknya: Claire Pinata.

Mulai dari tahap produksi, pemasaran dan promosi di-handle langsung oleh Vina. Kebetulan, saat itu Vina baru saja melahirkan dan memutuskan resign dari sebuah perusahaan advertising. Maka Vina memiliki waktu yang cukup untuk menggarap salah satu pernik pesta tersebut, selain kesibukannya yang lain, yaitu mengurus anak dan suami.

Vina mendapat dukungan penuh dari keluarga. Setahun pertama bisnisnya, ia masih mengandalkan link saudara dan pertemanan. Vina juga berpromosi melalui Facebook dan Instagram untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Hasilnya, Vina mendapat banyak order, baik itu dari Jabodetabek, daerah luar kota, bahkan dari Amerika Serikat. Untuk pengiriman luar negeri, Vina masih menolaknya karena kendala teknis pengiriman.

Berikut beberapa hal mengenai pinata, menurut Vina pada Jawa Pos (28-9-2015):
  • Pengejaan pinata memakan waktu antara 2 hingga 3 hari, tergantung kerumitan model
  • Penggarapan pinata diawali dengan membuat pola pada lembaran koran
  • Pola yang sudah jadi, kemudian dibuat di atas kertas karton
  • Pengerjaan pinata dilakukan per-bagian
  • Setelah bagian-bagian pinata lengkap dibuat, baru dirangkai
  • Untuk bentuk yang membulat dan ada lengkungan harus dibuat mulus
  • Setelah bentuk pinata jadi, maka pinata kosong tersebut dijemur agar lebih kuat
  • Proses selanjutnya menghias pinata dengan kertas crepe berwarna-warni serta pita untuk gantungan dan tarikan.
  • Pinata karya Vina memang khas, yakni selalu ada pita penarik di bawah, karena pertimbangan safety. Bila dimainkan dengan cara dipukul seperti dari negara asalnya, Meksiko, resiko terpukul sangat tinggi. Belum lagi waktu pemecahan pinata menjadi lebih lama
  • Untuk packaging, pinata diletakkan di dalam kardus dan disangga styrofoam, agar bentuk pinata yang lucu tidak mudah rusak
  • Pinata tersebut, juga dikirim dalam keadaan kosong. Sebab jika telah penuh, kemungkinan bodi pinata akan rusak karena terbentur isian.
Hingga saat ini, Claire Pinata baru memasuki usia 3 tahun. Akan tetapi Vina sudah memiliki banyak pelanggan. Bahkan di antaranya adalah pelanggan tetap. Dalam satu bulan, ia bisa menerima hingga sepuluh order. Benar, bahwa memecahkan pinata pada akhir sebuah pesta, memang bukan tradisi Indonesia. Tapi munculnya kebiasaan-kebiasaan tersebut di beberapa kota besar telah menjadi peluang bisnis bagi Vina.


















No comments:

Post a Comment