Tuesday 15 March 2016

Tuhan Sudah, Manusia Belum








Kebahagiaan tidak akan pernah dirasakan seseorang, jika ia keliru memahami relasinya dengan Tuhan. Pada umumnya manusia akan merasa serba "sudah" dan Tuhan-lah yang "belum". Sebagai contoh:

  • Aku sudah beribadah dengan tekun, kenapa Tuhan belum memberiku kehidupan bahagia ?
  • Aku sudah bekerja keras, kenapa Tuhan belum memberiku kekayaan yang kuimpikan ?
  • Aku sudah ini-itu, ini-itu ............kenapa Tuhan belum memberiku .........
Jika seperti itu pemahaman kita terhadap Tuhan, maka jangankan kita merasakan bahagia, yang terjadi adalah kita akan selalu merasa tak pernah puas dan tak mampu mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita.


Dinikmati dan disyukuri

Kebahagiaan hanya akan datang ketika seseorang mampu menikmati dan mensyukuri karunia Tuhan yang telah dilimpahkan kepada seluruh hamba-Nya. Sudah pada tempatnya, jika kita harus yakin dan beriman terhadap kasih sayang Tuhan. Dengan kata lain, sesungguhnya Tuhan-lah yang "sudah", sedangkan manusia yang "belum".
  • Tuhan sudah memberikan nikmat yang banyak, tapi aku belum pandai bersyukur
  • Tuhan sudah menyediakan rejeki yang melimpah, tapi aku masih belum gigih mencarinya
  • Tuhan sudah memberikan apapun kebutuhan manusia, tapi aku selalu mendustakannya
Lalu bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan?
Ada seribu pertanyaan dan seribu jawaban terhadap pertanyaan seperti di atas. Akan tetapi jika Anda dapat menikmati apa yang Anda miliki dan mensyukuri hal-hal baik yang terus menghampiri Anda, maka disitulah kebahagiaan akan muncul didalam hati.


Bahagia itu hak setiap orang

Alangkah tidak adilnya Tuhan, jika kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh orang kaya. Akan tetapi faktanya, kebahagiaan bisa menjadi milik setiap orang. Kebahagiaan bisa tumbuh dari dalam rumah mewah bertingkat dengan koleksi mobil pribadi yang penuh sesak di garasi. Pun, kebahagiaan dapat tumbuh dari dalam sebuah gubug reyot di pinggir kali.

Jika kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh orang yang banyak duit, maka anak kecil takkan ada yang tersenyum bahagia. Bukankah mereka belum punya uang? Jika kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh orang yang populer dan banyak penggemar, maka takkan ada warga desa di pelosok hutan yang tersenyum lebar saat memanen hasil kebunnya.

Mungkin kesenangan dapat dibeli, tapi tidak untuk kebahagiaan di dalam hati. Begitu.

No comments:

Post a Comment